Jumat, 18 April 2014

Praktik Bisnis Herbalife di-Investigasi di AS, Bagaimana di Indonesia?

 http://blogs.oregonstate.edu/maryhartley/files/2013/11/Herbalife-facebook.jpg.html_.jpeg

Siapa yang tidak kenal di Herbalife di Indonesia? Di fb ada teman yang nawarin, dijalan-jalan aja banyak yang ngider, dan yang paling terkesan, pas saya silaturrahmi ke bukdenya suami. Eh didesa yang aman, damai, tentram, sawah masih terhampar, terlihat beberapa produk ini nankring di rumah warga. Bukan apa-apa, saya jadi mikir soal daya beli masyarakat desa, secara setahu saya harga produk Herbalife ini bukan seharga jamu gendong. Tapi hampir Rp 500-an ribu atau kalau paket-paketannya bisa jutaan rupiah.
Mengapa bisa demikian gencar dan agresif promosinya? Bahkan banyak loh yang rela ngider dengan pin bertuliskan ‘Turun 16 kg’. Jadi mesti bilang wow gitu, hehe. Padahal walau kelihatan sudah turun banyak, kelihatan wajahnya gak seger. Gak tau ya, apa hanya perasaan saya saja. Memang sepertinya produk andalan Herbalife adalah produk penurun berat badan itu.

Nah ternyata rahasia mengapa produk ini demikin gencar dipasarkan adalah karena sistem pemasarannya yang disebut skema piramida. Skema ini sebenarnya tidak begitu mengandalkan kualitas produknya, tetapi insentif yang sangat besar kepada distributor. Semakin banyak yang bisa ditarik sebagai DL (downline), semakin besar insentifnya.
Di tempat asal produk Herbalife ini sendiri, pemerintah AS mulai menginvestigasi sistemnya. US Senator Edward Markey mengirim surat ke US Securities and Exchange Comission (semacam Bapepam di Indonesia) dan Federal Trade Commission, mendesak agar komisi ini menyelidiki praktik bisnis Herbalife. Di Kanada, kasus ini juga sudah masuk  Badan Persaingan Usaha Kanada (semacam KPPU di Indonesia).
Apa alasan Senator mengirim surat tersebut? Alasannya diungkap disini:
“There is nothing nutritional about possible pyramid schemes that promise financial benefit but result in economic ruin for vulnerable families,” Markey said in a statement today.
“Herbalife may be a purveyor of health and wellness products, but some of its distributors are suffering serious economic ill-health as a result of their involvement in the company. I have serious questions about the business practices of Herbalife and their impact on my constituents.”
Selain praktik bisnis yang bisa membahayakan kelompok keluarga tidak mampu, kandungan Herbalife ternyata juga tidak sehebat klaimnya. Bahkan ditengarai mengandung bahan berbahaya sebagai berikut:
1. Mengandung Genetic Modified Organism (GMO) di bahan soy lechitin, corn (jagung), minyak canola.
2. mengandung carageenan, yang merupakan emulsifier beracun. Walaupun dengan dosis yang kecil, bisa beracun bagi sel manusia
3. memakai pemanis buatan, artifisial flavor, pewarna buatan.
4. Bahan-bahanya murah, bersumber dari china, dan dijual mahal karena sistem komisi ini.
Produk Herbalife ini pernah digugat oleh warga Israel karena menyebabkan sakit Lever. Sementara FDA di AS juga pernah meminta jenis tertentu produk ini untuk direcall (ditarik kembali) karena berbahaya, bisa menyebabkan alergi. Di AS ditarik, kok gaungnya di Indonesia tidak ada?
Di Indonesia, semoga lembaga seperti KPPU (Komisi Persaingan Usaha) bisa juga menginvestigasi bersama dengan sistem MLM yang lain. Begitu juga dengan kualitas produknya, apakah sudah diteliti secara cermat oleh BPOM, termasuk takarannya, bahannya, kandungan nutrisinya dan sebagainya. Kemudian apakah ada otoritas kompeten yang pernah melakukan investigasi dampak penjualan seperti ini terhadap ekonomi dan kesehatan keluarga.
Ya sudah, gitu aja. Salam Kompasiana!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bagi anda yang ingin koment di persilakan
BEBASKAN PENDAPATMU
new reales
Info Op Group
Op Radio

Feed Burnered

share item

Share

Print

HAM

Protected by Copyscape Online Copyright Protection Software